. Mendongkrak Pembangunan Ekonomi Rakyat di Simalungun Bersama Bupati Radiapoh Sinaga

Mendongkrak Pembangunan Ekonomi Rakyat di Simalungun Bersama Bupati Radiapoh Sinaga

Oleh : Radesman Saragih, S.Sos.*

Jiwa entrepreneur (pengusaha) sangat dibutuhkan dari seorang kepala daerah agar dia mampu melakukan percepatan pembangunan ekonomi di daerahnya. Berbekal jiwa usaha tersebut, kepala daerah akan lebih jeli melakukan berbagai terobosan untuk membangkitkan usaha ekonomi rakyat dan meningkatkan pendapatan daerahnya. Kepala daerah berjiwa entrepreneur biasanya cukup sukses memanfaatkan dana pembangunan untuk memaksimalkan pendapatan daerah dan masyarakatnya.


Jiwa entrepreneur itulah yang diharapkan bisa diwujudkan Bupati dan Wakil Bupati Simalungun terpilih periode 2021 -2024, Radiapoh Hasiholan Sinaga – Zonny Waldi selama memimpin Kabupaten Simalungun empat tahun ke depan. Radiapoh Sinaga – Zonny Waldi yang dilantik menjadi Bupati dan Wakil Bupati Simalungun, Senin (26/42021) perlu membangun Simalungun dengan jiwa usaha  demi percepatan pembangunan ekonomi rakyat, pendapatan daerah dan penanganan infrastruktur Simalungun.


Percepatan pembangunan ekonomi rakyat, daerah dan infrastruktur, khususnya jalan di Simalungun tersebut penting agar penanganan kemiskinan, pengangguran dan ketertinggalan pembangunan di 32 kecamatan di Kabupaten Simalungun selama ini bisa segera dituntaskan.


Masih Tertinggal

Berdasarkan pengamatan penulis, Kabupaten Simalungun yang memiliki luas wilayah sekitar 438.660 kilometer persegi termasuk salah satu dari 33 kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara (Sumut) yang masih tertinggal dalam pembangunan ekonomi dan infrastruktur. 


Ketertinggalan tersebut antara lain tercermin dari laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Simalungun, rendahnya pendapatan perkapita  penduduk Simalungun dan tingginya angka kemiskinan di Kabupaten Simalungun lima tahun terakhir.


Berdasarkan data Biro Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Simalungun tahun 2020,   pertumbuhan ekonomi Kabupaten Simalungun rata-rata 1,01 % atau turun drastis dibandingkan tahun 2019 rata-rata 5,20 %. Penurunan pertumbuhan ekonomi tersebut sebagian besar disebabkan anjloknya produksi berbagai lapangan usaha di Simalungun akibat lambannya laju pembangunan pertanian, kehutanan, perikanan, industri, pariwisata, kerajinan di tengah pandemi Covid-19. 

 

Pendapatan perkapita penduduk Simalungun sendiri tahun 2019 hanya Rp 31,5 juta/kapita/tahun atau Rp 2,6 juta/kapita/bulan. Pendapatan perkapitan penduduk Simalungun tersebut berada pada urutan 13 dari 33 kabupaten/kota di Sumut.


Sementara itu berdasarkan data BPS Kabupaten Simalungun, angka kemiskinan di Kabupaten Simalungun juga masih relatif cukup tinggi. Angka kemiskinan di Kabupaten Simalungun tahun 2020 masih mencapai 8,46 %. Hal tersebut menunjukkan bahwa dari sekitar 990.246 jiwa penduduk Kabupaten Simalungun tahun 2020, sekitar 83.775 jiwa masih hidup dalam garis kemiskinan. 

Orientasi Proyek

Lambannya laju perekonomian rakyat dan daerah yang berpengaruh pada kelambanan penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Simalungun selama ini banyak dipengaruhi pola pembangunan yang terlalu berorientasi proyek. Pembangunan suatu daerah yang terlalu berorientasi pada proyek biasanya tidak terlalu efektif untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi rakyat dan pendapatan daerah. 


Kondisi tersebut terjadi karena pembangunan orientasi proyek kerap tidak sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat, sehingga proyek tersebut gagal mendongkrak perekonomian daerah dan masyarakat. Pembangunan jalan tiga jalur di Kota Pematang Raya selama ini misalnya tidak terlalu berperan besar memacu perekonomian rakyat dan daerah. 


Hal tersebut disebabkan pembangunan jalan di ibukota Kabupaten Simalungun tersebut tidak diikuti dengan perbaikan kerusakan dan pembangunan jalan ke sentra-sentra produksi di 32 kecamatan di Kabupaten Simalungun. 


Kerusakan jalan ke sentra-sentra produksi di tingkat kecamatan di Simalungun selama ini membuat laju pertumbuhan ekonomi rakyat di Simalungun lambat. Pera petani di Simalungun masih banyak mengeluhkan kesulitan menjual hasil pertanian mereka ke pasar karena jalan rusak .


Harapan Bersama

Mampukah Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Simalungun membenahi ketertinggalan pembangunan ekonomi Simalungun di bawah kepemimpinan Bupati dan Wakil Bupati Simalungun, Radiapoh Sinaga – Zonny Waldy? Jawabannya tentu tergantung strategi dan  komitmen kedua pemimpin baru Kabupaten Simalungun tersebut. 


Jika melihat trade record (rekam jejak) Bupati Simalungun terpilih, Radiapoh Sinaga yang merupakan seorang entrepreneur dan Wakil Bupati Simalungun, Zonny Waldi yang lama berkiprah di Dinas Perindustrian dan Perdagangan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumut, percepatan pembangunan ekonomi dan penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Simalungun akan mampu dilakukan empat tahun ke depan. 


Optimisme itu ada karena Radiapoh Sinaga termasuk pengusaha sukses yang telah memiliki bank perkreditan rakyat di wilayah Provinsi Riau dan daerah lain di Sumatera. Selain itu Radiapoh juga didukung seorang wakil, Zonny Waldi yang sudah memahami seluk-beluk pembangunan industri dan perdagangan.


Sebagai seorang pemimpin daerah yang telah lama bergelut di dunia usaha serta adanya dukungan seorang birokrat yang menguasasi dunia industri dan perdagangan, tentunya Radiapoh Sinaga telah memiliki konsep dan strategi pembangunan ekonomi kerakyatan di Simalungun.  Sebagai seorang pengusaha sejati, Radiapoh akan mampu memanfaatkan segala potensi dan sumber daya di Simalungun untuk memajukan pembangunan ekonomi daerah. 


Jangan Terjebak

Supaya Bupati dan Wakil Bupati Simalungun, Radiapoh Sinaga – Zonny Waldi sukses mengemban amanat rakyat memajukan ekonomi Simalungun, tentunya mereka harus konsisten dengan motto dan janji politik, yaitu meningkatkan kesejahteraan rakyat. Janji politik tersebut hanya bisa diwujudkan jika Radiapoh – Zonni Waldi Simalungun melaksanakan program-program pembangunan prorakyat atau sesuai aspirasi rakyat dan kondisi potensi daerah, bukan orientasi proyek. 


Jika Radiapoh – Zonni Waldi membangun dengan orientasi ekonomi rakyat dan memanfaatkan seluruh potensi daerah, mereka akan mampu membangun Simalungun sesuai dengan aspirasi masyarakat. Pola pembangunan inilah yang sering dikenal denan pola bottom up (dari bawa ke atas). 


Artinya, pemerintah membangun masyarakat dan daerah sesuai aspirasi rakyat dan keadaan daerah. Bila pola pembangunan ini dilaksanakan, niscaya pembangunan ekonomi Simalungun empat tahun ke depan bisa berhasil guna untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan daerah Simalungun.


Jika pola pembangunan berorientasi aspirasi rakyat dilaksanakan, program-program pembangunan akan benar-benar bisa  memacu peningkatan usaha ekonomi kerakyatan dan peningkatan pendapatan daerah. Program pembangunan ekonomi dan inftrastruktur yang dilaksanakan Pemkab Simalungun di sentra-sentra produksi di 32 kecamatan di Kabupaten Simalungun empat tahun ke depan akan mampu membangkitkan usaha ekonomi rakyat, meningkatkan pendapatan rakyat sekaligus meningkatkan ekonomi daerah dari aspek retribusi dan jasa transportasi. 


Radiapoh – Zonny Waldi diharapkan tidak terjebak melakukan program pembangunan dengan pola top dawn (dari atas ke bawah). Pola pembangunan ini biasanya cenderung berorientasi proyek. Pemerintah merancang pembangunan untuk daerahnya tanpa memperhatikan kebutuhan rakyat dan kondisi daerahnya. Kondisi demikian membuat pemerintah sering membangun mega proyek di daerah dengan menghabiskan anggaran yang besar, namun proyek tersebut kurang bermanfaat memajukan ekonomi rakyat dan daerah.


Pola pembangunan berorientasi proyek ini biasanya juga bisa menjebak kepala daerah pada praktik korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN). Pola pembangunan berorientasi proyek  sering tak terhindari karena kepala daerah terpengaruh politik balas jasa dengan membagi-bagiproyek kepada para kroni-kroni atau para tim suksesnya. 


Bila hal ini yang terjadi, pembangunan ekonomi rakyat dan daerah di Kabupaten Simalungun empat tahun ke depan bisa mengalami stagnasi atau bahkan kemunduran. Dana-dana proyek yang ada bisa habis untuk kepentingan pelaksana proyek saja tanpa memberikan hasil utnuk masyarakat dan ekonomi daerah.


Karena itu untuk mempercepat pembangunan ekonomi rakyat dan pertumbuhan ekonomi Simalungun, selama memimpin Kabupaten Simalungun empat tahun ke depan, Radiapoh – Zonny Waldi hendaknya senantiasa mendengar dan menampung aspirasi rakyat di sentra-sentra produksi. 


Sektor Prioritas 

Kemudian Radiapoh – Zonny Waldi juga hendaknya merancang pembangunan ekonomi sesuai tren atau kecenderungan perkembangan ekonomi dan pembangunan di Simalungun selama ini. Berdasarkan kajian BPS Kabupaten Simalungun hingga 2019 atau sebelum Covid-19 tahun 2020, pertumbuhan ekonomi tertinggi di Kabupaten Simalungun tercapai di lapangan usaha jasa tranportasi dan pergudangan, yakni sekitar sebesar 6,31 %. Kemudian pertumbuhan ekonomi di lapangan usaha pertanian, kehutanan dan perikanan mencapai 6,18 % dan lapangan usaha jasa pendidikan sekitar 5,87 %.


Selanjutnya tiga lapangan usaha yang cukup dominan memberi kontribusi terhadap pendapatan daerah (Product Domestic Regional Bruto/PDRB) Kabupaten Simalungun 2019,  yaitu pertanian, kehutanan dan perikanan. Dari sakitar Rp 38 miliar PDRB Kabupaten Simalungun tahun 2019, sekitar Rp 18,49 miliar (48,67 %) disumbangkan oleh sektor pertanian, kehutanan dan perikanan. 


Sedangkan kontribusi sektor perdagangan besar, eceran dan reperasi mobil maupun sepeda motor terhadap PDRB Simalungun tahun 2019 hanya sekitar Rp 6,38 miliar (16,79 %) dan kontribusi sektor industri pengolahan sekitar Rp 4,56 miliar  (12 %).


Besarnya kontribusi sektor pertanian, kehutanan dan perikanan terhadap PDRB di Simalungun selama ini menunjukkan bahwa ketiga sektor tersebut harus terus diprioritaskan. Untuk mendongkrak terus kontribusi sektor pertanian, kehutanan dan perikanan tersebut, tentunya perbaikan kerusakan dan peningkatan kualitas sarana jalan ke sentra-sentra produksi pertanian di 32 kecamatan di Simalungun harus dipercepat. Hal itu penting memudahkan akses pemasaran hasil-hasil pertanian, kehutanan dan perikanan di Simalungun ke pusat pemasaran di perkotaan. 


Kemudian sarana dan prasarana perdagangan di Simalungun juga perlu di tingkatkan melalui pembangunan pusat pasar yang lebih representatif di sentra-sentra produksi pertanian dan perikanan.  Misalnya pembangunan pusat pasar di seluruh kecamatan di Kabupaten Simalungun. 


Selain itu pembangunan penampungan produksi pertanian Simalungun dan di Kota Medan, Kota Pematangsiantar dan Lubukpakam, Tebingtinggi. Pembangunan penampungan produksi tersebut akan mempermudah transaksi atau jual- beli hasil-hasil pertanian Simalungun. 


Aspek sarana produksi, permodalan dan manajemen usaha ekonomi kreatif, khususnya usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) berbasis pertanian, kehutanan dan perikanan di Simalungun jiga perlu mendapat perhatian serius Radiapoh –Zonny Waldi. Halitu penting agar usaha pertanian, kehutanan dan perikanan di Simalungun tidak terlalu dikuasai para pemilik modal.


Para petani, perajin berbasis usaha hasil hutan dan petani ikan di Simalungun perlu mendapat bantuan sarana produksi seperti pupuk bersubsidi, modal usaha dan bantuan manajemen usaha berbasis kelompok tani (KT). Dengan  demikian para petani Simalungun yang selama ini terpuruk akibat kesulitan sarana produksi, permodalan dan pengelolaan usaha bisa meningkatkan produksi dan penghasilan. 


Impian rakyat kecil inilah tentunya yang ingin diwujudkan Bupati dan Wakil Bupati  Simalungun, Radiapoh Sinaga – Zonny Waldi selama mereka memimpin Simalungun hingga penghujung 2024  nanti. Semoga.***


•    Penulis seorang pemerhati pembangunan Simalungun lulusan Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS) Bandung, Jawa Barat, mantan wartawan Harian Umum Suara Pembaruan Jakarta dan kini menjadi Pemimpin Redaksi MediaLintasSumatera.Com, tinggal di Jambi.


Berita Lainya

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama