"Membangun Partisipasi Publik Dalam Upaya Melestarikan Naskah Kuno"
Simalungun, S24-Surat sapuluh sia (19) di kenal dalam Pustaha Laklak Simalungun, memiliki persamaan dan perbedaan dengan aksara puak kawasan Danal Toba (Toba, Karo, Pakpak)
Penulisan aksara simalungun ada di kayu alim, bambu, tulang dan batu merupakan jejak rekam kehidupan dan pengetahuan masa lampau, supaya tidak hilang harus diarsipkan dalam bentuk digital.
Strategi kebudayaan dapat dilakukan dengan mencantumkan aksara simalungun dalam Kurikulum muatan lokal mulai tingkat SD, SMP dan SMA, nama jalan diwajibkan menggunakan aksara simalungun di bawah nya, perlombaan aksara hingga workshop dll.
Pustaha laklak simalungun yang ditemukan terdiri dari naskah tambar ni hulit, pagar mula jadi na bolon, obat sigunja, porsili, manuk gantung, gora (perang) dan obat obatan dll.
Pakpak Dairi 1861 ada naskah Kerbo Siranggir, Sigirsang dll.
Catatan :
Keprihatinan tentang naskah kuno simalungun yang belum diangkat bersama, perlu sinergi antara pelaku budaya simalungun, Dinas Arsip dan Perpustakaan - Dinas Pendidikan dan akademika, praktisi digital dll.
Dianggap negatip dengan pandangan mistik jahat dan sakral padahal memiliki nilai sejarah dan pengetahuan masa lampau, yang dapat dikenali sebagai warisan budaya kepada generasi.
Output: Produk pustaha laklak perlu segera mendapat perhatian, kunjungan, inventarisasi dan alih wahana media digital bekerja dengan banyak pihak.
## Sosialisasi Naskah Kuno, Dinas Arsip dan Perpustakaan Pemko Pematangsiantar, Aula Serba Guna Pemko, 24 September 2025. (Sultan Saragih)
0Komentar