. Demi Kemajuan Pariwisata, Akhiri "Tradisi" Buruk Konflik Warga Desa di Kerinci

Demi Kemajuan Pariwisata, Akhiri "Tradisi" Buruk Konflik Warga Desa di Kerinci

Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi memiliki banyak potensi wsiata yang  memukau. Namun potensi itu belum sepenuhnya mampu memikat wisatawan untuk berkunjung ke Kerinci karena situasi keamanan di daerah itu sering labil akibat kerusuhan antarwarga desa. Danau Kerinci salah satu objek wisata menarik di Kerinci. (Pesonajambi.net/Ist)
Pesonajambi.com, Jambi – Seringnya terjadi konflik horizontal antarwarga masyarakat desa di Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi menjadi salah satu penghambat dalam upaya memajukan pariwisata di Kerinci dan Jambi. Bila konflik horizontal tersebut dibiarkan tetapmenjadi “tradisi” penyelesaian masalah di tengah masyarakat Kerinci, hal itu akan membuat potret pariwisata Kerinci semakin buram. Padahal Kabupaten Kerinci sudah ditetapkan Pemerintah Pusat menjadi branding (ikon) pariwisata Jambi. 

Demi kemajuan pariwisata Kerinci dan Jambi, warga masyarakat Kerinci sudah saatnya menghentikan kebiasaan bentrok antarwarga desa setiap kali ada persoalan di antara warga desa yang bertetangga di daerah itu. Segenap lapisan masyarakat di Kerinci harus bersama-sama menciptakan situasi kondusif di daerah itu agar wisatawan tidak enggan berkunjung. 

Demikian harapan Gubernur Jambi, Zumi Zola Zulkifli setelah selesai melakukan kunjungan ke lokasi bentrok antarwarga desa di Desa Tamiai, Kecamatan Barangmerangin, Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi, Selasa (21/03/2017). 

Menurut Zumi Zola, pemberitaan tentang bentrokan antarwarga desa di Desa Tamiai, Kecamatan Batangmerangin, Kerinci hingga ke tingkat nasional sangat merugikan pariwisata Kerinci. Berita mengenai aksi anarkis warga yang menyebabkan banyak sepeda motor terbakar, rumah masyarakat dilempari batu menimbulkan ketakutan wisatawan datang ke Kerinci.

Kurangnya stabilitas keamanan di Kerinci, lanjut Zumi Zola menghambat pembangunan pariwisata Kerinci. Padahal Kabupaten Kerinci sudah ditetapkan menjadi ikon wisata Provinsi Jambi. Penetapan Kerinci menjadi ikon wisata Jambi menjadi salah satu motivasi bagi Pemprov Jambi berupaya keras memajukan pariwisata Kerinci. 

  “Namun melihat kondisi keamanan di Kerinci yang kurang kondusif seperti sekarang ini, siapa yang mau datang ke Kerinci. Banyak yang rugi jika warga masyarakat Kerinci sering terlibat konflik. Investor pun pasti takut berinvestasi di Kerinci jika keamanan tidak terjamin,”tambahnya.
Bentrok antarwarga Desa Muarapulau dan Tamiai di Kecamatan Batangmerangin, Kerinci, Jambi, Senin (20/03/2017) menyebabkan citra pariwisata Kerinci buruk. Aksi anarkis warga yang  menyebabkan 72 unit sepeda motor terbakar dan rumah warga dilempari batu membuat wisatawan enggan berkunjung ke daerah itu. (Pesonajambi.net/Ist)

Zumi Zola mengharapkan, agar bentrok antarwarga Desa Muarapulau dan Tamiai di Kecamatan Batangmerangin, Kerinci jangan dibiarkan berlarut – larut. Kalau konflik tersebut berlarut-larut, nanti kesan dari Kerinci adalah wilayah yang penuh dengan masalah. Siapa investor yang mau masuk.

Menurut Zumi Zola, ketika tiba di Desa Tamiai Selasa pagi, situasi di desa tersebut masih terasa mencekam. Warga masyarakat masih tampak banyak merasa takut terjadinya bentrok susulan kendati pengamanan sudah dilakukan. Namun setelah dilakukan pertemuan antarwarga desa yang bentrok dan tokoh masyarakat, situasi mulai kondusif.

“Saya tadi pagi (Selasa, 21/3) berangkat dengan Kapolda Jambi Brigjen Pol Yazid Fanani dan Danrem 042/Garida Putih, Kol Inf Refrizal langsung ke lokasi kejadian kerusuhan hari Senin (20/3) di Desa Tamiai, Batangmerangin, Kerinci. Ketika kami sampai di sana, masih terasa suasana yang mencekam. Saya lihat ada rasa ketakutan di masyarakatnya. Jadi harus dicarikan solusi agar warga masyarakat tidak terus merasa ketakutan,”katanya.

Zumi Zola mengatakan, untuk menciptakan suasana kondusif dan benar-benar aman kembali di Batangmerangin, khususnya di Desa Tamiai, Dia sudah berkoordinasi dengan Bupati Kerinci Adirozal. Kemudian diadakan juga pertemuan dengan tokoh adat masyarakat kedua desa yang bertikai.

Pada pertemuan tersebut, lanjut Zumi Zola, warga kedua desa yang bertikai diberi kesempatan bicara, apa harapannya, apa keinginannya. Warga masyarakat setempat menuntut hak tanah ulayat. Sedangkan para pendatang ke desa itu mengatakan mereka sudah memiliki sertifikat dari Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kerinci.
 
Zumi Zola meminta konflik antarwarga dua desa yang berawal dari sengketa lahan pertanian tersebut harus diselesaikan dengan baik tanpa mengorbankan satu pihak. 

“Apapun pendapat-pendapat dari pihak terkait, kita hargai semua. Tetapi tidak boleh melanggar undang-undang dan aturan yang berlaku di negara ini. Ada hukum adat, kita hormati hukum adat, tetapi kita juga punya peraturan daerah, peraturan gubernur. Peraturan tersebut tidak boleh bertentangan dengan peraturan yang di atasnya,”tambahnya.

Zumi Zola mengatakan, warga dan tokoh masyarakat Desa Muarapulau dan Tamiai akan berunding lagi di kantor Bupati Kerinci, Rabu (23/3). Perundingan tersebut akan dihadiri pihak BPN Kerinci, Bupati Kerinci dan forum komunikasi pimpinan daerah Kerinci. Zumi Zola meminta Bupati Kerinci, Adirozal cepat menyelesaikan konflik-konflik sosial yang terjadi di wilayahnya agar konflik tersebut tidak berlarut-larut.

“Saya berharap Pak Adi Rozal segera memberikan solusi yang terbaik mengatasi konflik dua desa tersebut. Kami akan terus memantau perkembangan konflik di Kerinci tersebut. Ini tanggung jawab kita semua, termasuk tokoh masyarakat agar jangan sampai ada yang terprovokasi. Banyak isu yang beredar di Desa Tamiai akan penyerangan. Namun setelah diceak, isu itu tidak benar. Polisi masih siaga di Desa Tamiai. Kapolda Jambi juga tadi sudah sangat tegas mengatakan, kalau ada yang anarkis akan ditindak,”katanya. (Pesonajambi.net/Rds)

Berita Lainya

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama