. Sentuhan Religi yang Kian Menipis di Natal Oikumene Jambi

Sentuhan Religi yang Kian Menipis di Natal Oikumene Jambi

Umat Kristen yang memadati lapangan kantor Wali Kota Jambi pada Perayaan Natal Oikumene Jambi, Sabtu (28/12/2019). (Ade SM)

Jambi, S24 – Perayaan Natal Oikumene ternyata masih tetap dinanti umat Kristen di Kota Jambi. Perayaan Natal bersama tersebut tetap didamba umat Krsiten di Jambi sebab perayaan Natal tersebut dinilai menjadi salah satu lambang masih berkibarnya panji Kristus di daerah itu. Salah satu bukti masih didambakannya perayaan Natal Oikumene di Jambi tersebut nampak dari membludaknya umat Kristen yang menghadiri perayaan Natal Oikumene di lapangan kantor Wali Kota Jambi, Sabtu (28/12/2019) malam.
 
Puluhan ribu umat Kristen dari berbagai denominasi atau aras Gereja antusias menghadiri dan mengikuti seluruh rangkaian acara perayaan Natal Oikumene tersebut. Kursi yang disediakan panitia kurang, sehingga umat Kristen yang menghadiri perayaan Natal tersebut banyak duduk di lapangan dan berdiri mengikuti rangkaian perayaan Natal.
 
Perayaan Natal yang digelar di lapangan terbuka tersebut dan banyaknya umat Kristen yang tidak mendapatkan tempat duduk membuat perayaan Natal Oikumene tersebut terkesan kurang khidmat. Sepanjang ibadah dan perayaan Natal berlangsung, banyak hadirin yang hilir – mudik di lokasi perayaan Natal. Kondisi demikian membuat nilai religius perayaan Natal tersebut terasa kurang.
 
Kemudian jarak antara pengisi acara dan pengkhotbah dengan hadiri juga cukup jauh, sehingga komunikasi tidak terjalin dengan baik. Penggunaan layar monitor yang lebar beberapa buah tampak kurang membantu  terjalinnya komunikasi yang baik antara pengisi acara, pengkhotbah dengan umat Kristen yang hadir. 

Sepertinya perayaan Natal di lapangan terbuka tersebut mirip pentas hiburan semata. Apalagi di saat perayaan Natal berlangsung, pasar malam juga berlangsung di Tugu Keris Siginjei kantor WaliKota Jambi yang hanya berbatasan pagar dengan lokasi perayaan Natal Oikumene.
 
“Memang perayaan Natal di lapangan terbuka ini kurang khidmat. Nilai religinya terasa kurang. Tetapi karena hati kita bangga adanya perayaan Natal Oikumene ini kita tetap mengikutinya walau tidak mendapat tempat duduk,”kata M Sitanggang (55), seorang umat Kristen yang hadir pada Natal Oikumene tersebut.
 
Hal senada juga diakui seorang rohaniawan Kristen yang menghadiri NatalOikumene tersebut. Perayaan Natal Oikumene tersebut hanya menonjolkan nilai hiburan semata. Nilai religinya terasa kurang karena pelaksanaan Ibadah Natal di lapangan terbuka kurang khidmat.
 
“Kalau ibadah Natal di dalam ruangan atau gedung, tentunya suasananya lain. Nilai religinya lebih terasa karena Natal di dalam gedung umumnya bisa berlangsung kidmat, jarang ada hadirin yang hilir mudik sepanjang ibadah berlangsung,”katanya. 
Akibat kursi yang tidak cukup, umat Kristen terpaksa berdiri mengikuti Perayaan Natal Oikumene Jambi lapangan kantor Wali Kota Jambi, Sabtu (28/12/2019). (Ade SM)

Daya Pikat Pesan Natal 

Kendati suasana Natal Oikumene Jambi lebih terasa riuhnya ketimbang religinya, namun pesan Natal yang disampaikan Pendeta (Pdt) Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Sumatera Utara, Pdt Demak Simanjuntak cukup memikat dan membuat nilai religi Natal agak terasa. 

Pdt Demak Simanjuntak yang meyampaikan khotbah dengan gaya menarik dan humoris menyoroti masalah peningkatan rasa humanisme dan persahabatan di era milenium ini sesuai dengan tema Natal Oikumene Indonesia  "Hidup Sebagai Sahabat Bagi Semua Orang"  (Johannes 15 : 14 – 15).
 
Menurut Pdt Demak Simanjuntak, kehidupan umat Kristen harus berguna bagi orang lain sebagai perwujudan kasih Tuhan Yesus Kristus yang lahir untuk keselamatan manusia. 

Belakangan ini pengorbanan Yesus menebus manusia dari genggaman dosa semakin sering terlupakan. Kondisi demikian manusia kurang peduli terhadap sesame, tidak bersahabat lagi dengan sesama dan  hidup manusia sering tidak manusiawi lagi. Bahkan sering terjadi manusia sudah menjadi serigala bagi sesamanya.
 
“Yesus lahir ke dunia ini karena rasa kasihnya terhadap manusia. Yesus lahir menebus dosa manusia dan menjadikan manusia sebagai sahabat. Seharusnya hal tersebut menjadi teladan bagi manusia agar hidupnya diisi dengan rasa peduli dan persahabatan dengan sesama,”katanya.
 
Kelahiran Yesus, lanjut Demak Simanjuntak bertujuan memberikan kehidupan yang lebih manusiwi  bagi manusia. Tanpa kelahiran Yesus, kehidupan manusia tidak manusiawi. Manusia yang tidak manusiawi hanya hidup untuk kepentingan diri sendiri, tidak perduli kepentingan orang lain.
 
“Karena itu umat Kristen yang telah menerima kelahiran Yesus kRistus dalam hidupnya harus benar-benar berguna bagi orang lain, peduli sesama dan bisa menjadi sahabat bagi orang lain. Orang Kristen yang telah menerima Kristus harus berbuah bagi orang lain, sehingga kita bisa menjadi sahabat bagi orang lain,”katanya.
 
Pdt Demak Simanjuntak mengatakan, manusia sering merusak persahabatan dengan orang lain karena sifat-sifat sombong, cemburu, suke atau tidak pedulis, merasa tidak beruntung, individualis dan egois. Sifat – sifat tersebut harus dihilangkan agar Umat Kristen bisa menjalin persahabatan dengan orang lain sekaligus memberi manfaat bagi kehidupan orang lain.
 
Di penghujung khotbahnya, Pdt Demak Simanjuntak mengatakan, agar bisa menghadapi berbagai pergumulan hidup dan bisa member berkat bagi orang lain, umat Kristen harus bisa hidup mengandalkan iman (andaliman), memiliki hati suci, ikhlas, berpikir positifm berbicara lembut dan sopan dan bertindak penuh kepedulian.
 
“Kemudian umat Kristen juga haru saling menghormati, saling menghargai, saling mengasihi, saling memaafkan dan saling mendoakan,”ujarnya. 
Umat Kristen yang terpaksa duduk di lapangan mengikuti Perayaan Natal Oikumene Jambi lapangan kantor Wali Kota Jambi, Sabtu (28/12/2019). (Ade SM)

Tingkatkan Toleransi 

Sementara itu Wali Kota Jambi, Syarif Fasha dalam sambutanya pada perayaan Natal Oikumene Jambi tersebut mengapresiasi pelaksanaan Natal Oikemene Jambi yang berlangsung aman dan tertib di lapangan kantor Wali Kota Jambi. Kesuksesan Natal Oikumene tersebut menunjukkan adanya jalinan persaudaraan dan toleransi di tengah masyarakat Jambi.
 
"Perayaan Natal Oikumene di tempat terbuka, lapangan kantor Wali Kota Jambi ini menjadi contoh bahwa walaupun kita berbeda-beda namun kita tetap satu. Mari kita jaga kerukunan antarumat beragama dan kerukunan antarpemeluk agama demi terciptanya kedamaian di Indonesia,  khususnya di Kota Jambi ini,”katanya.
 
Syarif Fasha lebih lanjut mengatakan, harmoni kehidupan masyarakat yang tercipta hingga saat ini merupakan wujud masih tingginya toleransi di tengah keberagaman masyarakat di kota itu. Pemerintah Kota (Pemkot) Jambi juga tetap memfasilitasi seluruh umat beragama untuk merayakan hari kebesaran masing-masing secara bersama-sama.
 
“Sebelumnya perayaan Idul Fitri dan, Imlek juga pernah dilaksanakan di lapangan kantor Wali Kota Jambi ini. Semua acara hari raya besar keagamaan tersebut berjalan lancar seperti Natal Oikumene ini. Kota Jambi merupakan rumah bagi keberagaman masyarakat. Semua umat, semua golongan, suku, agama dan ras berhak mendapatkan tempat dan kesempatan yang sama untuk hidup damai di Kota Jambi ini,"katanya. (S24/Ade SM)

Berita Lainya

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama