. Mohammad Zyad Alshurafa, Mahasiswa Asal Palestina Mengukir Prestasi di Universitas Lampung

Mohammad Zyad Alshurafa, Mahasiswa Asal Palestina Mengukir Prestasi di Universitas Lampung

Mohammad Zyad Alshufara. (Foto : Matra/ SEVIMA).

(Matra, Surabaya) – Penderitaan atau tekanan hidup yang tak terperi kerap membuat sesorang termotivasi bertekad bulat meraih prestasi gemilang demi meningkatkan taraf hidup yang lebih baik. Itulah yang dialami Mohammad Zyad Alshurafa (23), mahasiswa asal Palestina yang kini menempuh pendidikan di Universitas Lampung, Sumatera. 

Di tengah kecamuk perang berkepanjangan yang melanda negerinya, Palestina Mohammad Zyad Alshurafa tak patah arang berjuang menggapai cita-cita di Indonesia. Kendati perang di negaranya meninggalkan luka batin dalam dirinya, Mohammad Zyad Alshurafa tetap bertekad meraih prestasi dalam menempuh pendidikan di Universitas Lampung. 

Berkat tekad bulat dan semangat juang yang tinggi, Mohammad Zyad Alshufara pun menorehan prestasi sebagai mahasiswa berprestasi di Univesitas Lampung dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3,8. Mulai Rabu (9/2/2022), Mohammad Zyad Alshurafa melanjutkan studi dengan mengikuti magang di Kampus Merdeka Perusahaan Education Technology SEVIMA (Sentra Vidya Utama),   Surabaya, Jawa Timur.

Perjuangan Berat

Kehadiran Mohammad Zyad Alshurafa di SEVIMA Surabaya mendapat apresiasi para civitas akademika SEVIMA. Mohammad Zyad Alshurafa pun diberi kesempatan mengisahkan perjalanannya menempuh pendidikan di Universitas Lampung pada penyambutan Mahasiswa Magang dari Universitas Lampung di Gedung SEVIMA, Kota Surabaya, Provinsi Jawa Timur, Rabu (9/2/2022).

NUansa keharuan pun sempat mencuat ketika Mohammad Zyad Alshufara mengisahkan lika – likunya berhasil melanjutkan pendidikan di Indonesia. Mohammad Zyad Alshufara yang kini cukup fasih berbahasa Indonesia mengungkapkan, dirinya sempat putus asa dan ingin berhenti kuliah di Univesitas Lampung, Mei 2021. 

Masalahnya ketika itu, Dia mengetahui rumahnya di Jalur Gaza, Palestina luluh lantak akibat serangan militer Mei 2021. Melihat kenyataan itu, Mohammad sempat meminta kepada keluarganya untuk kembali ke Palestina dan berhenti kuliah. Dia ingin membantu orang tuanya yang menjadi korban perang di negaranya. Namun ayahnya, Zyad dan ibunya, Neibal, menolak permintaan Mohammad tersebut.
 
“Orang tua saya berharap saya bisa memperoleh pendidikan dan pekerjaan yang lebih baik di Indonesia. Karena itulah saya terus bersemangat untuk belajar Ilmu computer. Hari ini saya merantau ke Surabaya untuk mulai magang di SEVIMA,”katanya. 

Beasiswa 

Sementara itu, Wakil Rektor Bidang Kerja Sama Universitas Lampung, Prof Suharso pada kesempatan tersebut mengatakan, Mohammad Zyad Alshufara kuliah di Universitas Lampung melalui kerja sama Universitas Lampung dengan Pemerintah Palestina. Universitas Lampung kemudian membiayai lima orang mahasiswa asal Palestina menempuh pendidikan secara gratis di kampus negeri kebanggaan masyarakat Lampung.

“Kami mencari dana beasiswa untuk Mohammad dan empat orang kawannya melanjutkan pendidikan di Universitas Lampung. Harapan kami, kedatangan Mohammad dan kawan-kawan bisa mempromosikan persahabatan antar bangsa, sekaligus membantu Palestina yang sedang dalam kesulitan,”ungkapnya.

Dikatakan, perjuangan menempuh studi di perguruan tinggi sudah dimulai Mohammad Zyad Alshufara jauh sebelum Dia datang ke Indonesia. Ia sudah kuliah di salah satu perguruan tinggi di Palestina hingga dua semester tahun 2018. Mohammad Zyad Alshufara mengetahui kesempatan beasiswa di Universitas Lampung melalui selebaran yang ditempel di mading kampusnya di Jalur Gaza. 
Mengetahui kualitas pendidikan di Indonesia relatif lebih unggul dibanding di Gaza, Palestina dan tersedia pula beasiswa gratis, Mohammad Zyad Alshufara rela meninggalkan kuliahnya di Gaza yang sudah berjalan dua semester.

Ketiga hendak ke Indonesia tahun 2020, anak ketiga dari sembilan bersaudara ini juga harus dihadapkan dengan masalah keberangkatan. Permohonan visanya sempat ditolak berkali-kali oleh otoritas Mesir maupun Israel. Akibatnya Mohammad terlambat mengikuti kuliah. Ia baru tiba di Lampung September 2019. Sedangkan kawan-kawannya sudah mulai berkuliah sejak Februari 2019.

Kuasai Bahasa

Mohammad Zyad Alshufara mengakui, ketika memulai mengikuti kuliah di Universitas Lampung, Dia mengalami kesulitan bahasa. Masalahnya seluruh materi kuliah menggunakan bahasa Indonesia. Dia pun harus berupaya keras beradaptasi kuliah menggunakan bahasa Indonesia. 

Strategi yang dilakukan Mohammad mengatasi masalah bahasa, yakni belajar yang tekun di pusat pelatihan serta menghubungkan kosa kata yang ia temui di kelas dengan Bahasa Arab yang sehari-hari ia gunakan. Terlebih untuk urusan pemrograman dan matematika, yang menjadi mata kuliahnya sehari-hari, banyak kata-kata yang sudah baku secara internasional.

“Misalnya algoritma dan matematika. Dalam bahasa manapun termasuk Inggris juga disebut demikian. Sifatnya universal. Jadi saya mulai belajar Bahasa Indonesia hingga akhirnya saya tidak mengalami kendala sama sekali dalam komunikasi dan pelajaran. Alhamdulillah untuk pelajaran eksakta, nilai saya hampir seluruhnya A (sempurna),”ungkap Mohammad yang saat ini meraih Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3,8.

Menurut Mohammad, ketika berjuang menekuni semua materi kuliah, Dia memperoleh kabar dari media massa mengenai perang di Jalur Gaza yang tak berkesudahan dan menyebabkan rumahnya hancur. Peristiwa tersebut terjadi Mei 2021. 

“Selain rumah kami hancur, keluarga saya semuanya harus dirawat di rumah sakit. Peristiwa itu saya ketahui bukan dari kabar mereka langsung. Tetapi dari media. Saya lihat rumah saya hancur dan fotonya ditampilkan di media online. Kondisi itu sempat membuat saya sulit untuk fokus belajar,”lanjutnya. 

Mohammad mengakui, ketika masih mengalami kesulitan belajar, ataupun terbayang-bayang dengan perang yang terus terjadi di kampung halamannya, Da selalu ingat pesan orang tuanya.  Pesan orang tuanya, Mohammad harus menuntaskan studinya di Indonesia hingga meraih sarjana dan bisa mendapatkan pekerjaan yang baik. Dengan demikian Mohammad bisa mengubah nasib keluarganya.

Magang di Surabaya

Menjelang masa-masa akhir studinya di jurusan ilmu komputer Universitas Lampung, Mohammad kini memperdalam ilmunya dengan mengikuti  magang program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) di Perusahaan Education Technology SEVIMA Surabaya. Program magang tersebut dinilai setara 20 Sistem Kredit Semester (SKS). 

Menurut Mohammad, magang tersebut fokus pada pengembangan Sistem Akademik Berbasis Awan (Siakadcloud). Program tersebut menantang Mohammad mengerjakan proyek berbasis digital secara langsung. Salah satu proyek yang sedang dikerjakan Mohammad sesuai program tersebut saat ini, yakni menyediakan fitur tanda tangan elektronik di sistem akademik berbasis awan (Siakadcloud). 

Dikatakan, proyek tersebut didasari atas pengalamannya yang kesulitan saat memperoleh izin dari dosen, baik untuk penelitian maupun melakukan aktivitas lainnya. Alasannya seringkali beragam, entah karena dosen tersebut sedang berada di luar negeri, ataupun justru harus di rumah saja karena kondisi pandemi Covid -19.

“Dengan fitur yang saya buat selama magang ini nantinya, mahasiswa tidak perlu sulit-sulit lagi cari dosen untuk izin. Dosen juga tidak perlu kesulitan menemui mahasiswa hanya untuk tanda tangan surat. Semua bisa dilakukan secara elektronik dan digital,”katanya.

Mohammad berharap kemampuan membuat teknologi digital tersebut akan ia manfaatkan untuk meningkatkan karirnya. Selain itu, ia juga ingin berkontribusi bagi kemajuan pendidikan di Palestina serta Indonesia. Karena sejalan dengan pesan orang tuanya, Mohammad yakin bahwa pendidikan adalah cara terbaik bagi seseorang untuk merubah nasib.

“Walaupun Palestina sedang dilanda peperangan, saya adalah orang yang percaya bahwa kita tidak boleh tangan terus di bawah, bergantung pada bantuan orang lain. Nasib Palestina hanya bisa diubah oleh warga Palestina sendiri, dan salah satu caranya adalah menguasai ilmu pengetahuan,”pungkasnya. (Matra/AdeSM). 

Berita Lainya

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama