. Dinas Kesehatan Kota Pematangsiantar Tangani Serius KLB Demam Berdarah

Dinas Kesehatan Kota Pematangsiantar Tangani Serius KLB Demam Berdarah

Kabid Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Dinkes Kota Pematangsiantar, dr Yuliana Sara Erika Silitonga, MKM. (Foto : Matra/Ist).

(Matra, Pematangsiantar) – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Pematangsiantar menangani serius kasus demam berdarah dengue (DBD) menyusul kejadian luar biasa (KLB) kasus DBD di kota tersebut. KLB kasus DBD di Kota Pematangsiantar ditandai dengan meningkatnya korban meninggal akibat DBD dan masih tingginya pasien DBD. 

Kepala Bidang (Kabid) Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (P2P) Dinkes Kota Pematangsiantar, dr Yuliana Sara Erika Silitonga, MKM di Kota Pematangsiantar, Sumatera Utara (Sumut), Jumat (15/7/2022) menjelaskan, korban meninggal akibat DBD di Kota Pematangsiantar tahun ini mencapai tujuh orang. 

“Lima dari tujuh korban meninggal akibat DBD tersebut berusia dewasa yang memiliki penyakit komorbid (penyakit lain) dan dua orang masih anak-anak. Korban meninggal akibat DBD tersbeut terjadi Januari – April. Selama Mei, Juni dan Juli ini tidak ada lagi penderita DBD yang meninggal di kota ini,”paparnya.

Dijelaskan, kasus DBD di Kota Pematangsiantar hingga 10 Juli masih tergolong cukup tinggi. Jumlah pasien DBD yang masih dirawat ada 16 orang.  Sebelumnya jumlah penderita DBD di kota tersebut 19 orang dan tiga orang sudah sembuh.
  
Menurut Yuliana Sara Erika Silitonga, guna meningkatkan penanganan DBD di Kota Pematangsiantar, pihaknya masih terus meningkatkan sosialisasi Gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) melalui 3M, yakni menguras bak atau tempat-tempat penampungan air lainnya, mengubur barang-barang yang bisa menampung air di lingkungan permukiman dan menutup tempat-tempat penampungan air. 

“Kami juga mengimbau seluruh warga Kota Pematangsiantar meningkatkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Kemudian seluruh Puskesmas di kota ini 
melakukan larvasidasi (pemberantasan larva) khusus untuk tempat-tempat penampungan air yang tidak bisa dibersihkan secara berkala. Selain itu kami juga melakukan gerakan satu rumah satu orang juru pemantau jentik nyamuk," ajaknya.

Analisa Epidemiologi

Yuliana Sara Erika Silitonga lebih lanjut mengatakan, upaya lain yang dilakukan mengatasi KLB DBD di Kota Pematangsiantar, yakni melakukan analisa epidemiologis (pola penyebaran penyakit). Analisa itu penting untuk menyesuaikan kegiatan penanganan KLB kasus DBD di Kota Pemnatangsiantar dengan undang-undang atau peraturan terkait KLB  kasus DBD. 

Dijelaskan, untuk menetapkan status KLB ada tahapan dan peninjauan dari segi hukum maupun kemampuan Pemkot Pematangsiantar. Jadi penetapan status KLB kasus DBD bukan hanya karena meningkat atau epidemiologinya (penyebarannya) signifikan. 

“Jadi kita tidak buru-buru mengatakan pemerintah tak sanggup mengatasi kasus KLB. Kita sudah kerja dari awal bagaimana mengatasi kasus DBD ini. Karena itu kita dan warga masyarakat perlu ada kesiapan menghadapi KLB kasus DBD ini,"katanya.

Menurut Yuliana Sara Erika Silitonga, Dinkes Kota Pematangsiantar, pihak puskesmas, camat, lurah hingga Rukun Tetangga (RT)/Rukun Warga (RW) di Kota Pematangsiantar sudah melakukan berbagai antisipasi mengendalikan atau menanggulangi kasus DBD agar tidak semakin meningkat.

Antisipasi tersebut, membentuk Tim Gerak Cepat Tingkat Kelurahan (TGCTK) Kota Pematangsiantar, mengaktifkan Kelompok Kerja Penanggulangan DBD, menggiatkan kembali Jumat Bersih bersama RT/RW, lurah, camat dan masyarakat. Kemudian pemberantasan sarang nyamuk, gerakan satu rumah satu juru pemantau jentik dan fogging (pengasapan) lokasi – lokasi kasus DBD sekali seminggu. 

Dikatakan, Dinkes Kota Pematangsiantar bekerja sama dengan Dinkes Provinsi Sumut dan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melalui Balai Teknik Kesehatan Lingkungan (BTKL) sudah meneliti jenis virus dengue yang berkembang di Kota Pematangsiantar. Penelitian tersebeut menunjukkan ada empat jenis (stereotype) virus dengue di kota tersebut. 

“Kemudian Dinkes Pematangsiantar juga bekerja sama dengan Dinkes Provinsi Sumut meneliti resistensi nyamuk Aedes Aegypti sebagai pembawa virus dengue terhadap insektisida yang digunakan untuk fogging. Hal itu penting agar fogging lebih efektif dan efisien membasmi nyamuk Aedes Aegypti,”katanya. (Matra/FebP/AdeSM).

Berita Lainya

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama