PADANG, S24-Sejumlah warga membubarkan kegiatan dan merusak rumah doa umat Kristen dari Gereja Kristen Setia Indonesia atau GKSI Anugerah Padang di Kota Padang, Sumatera Barat, Minggu (27/7/2025) sore. Polisi menangkap sembilan orang dalam kejadian yang videonya viral di media sosial ini.
“Yang sudah kami amankan sembilan orang, tentunya akan berkembang lagi. Sembilan orang ini sesuai dengan video yang ada. Berdasarkan bukti-bukti kami amankan semua,” kata Wakil Kepala Polda Sumbar Brigadir Jenderal Solihin, Minggu malam, seperti dilansir Kompas.com.
Dari pantauan Kompas, Senin (28/7/2025) dini hari, rumah doa itu telah bersih dari puing-puing benda yang rusak. Garis kuning polisi juga telah dibuka.
Sebelumnya, sejumlah tukang langsung membongkar dan membersihkan kaca-kaca pecah di jendela rumah doa tersebut pada Minggu malam. Saat itu, lokasi masih dipasangi garis kuning polisi.
Polisi juga turut bantu membersihkan puing-puing bekas perusakan, seperti pecahan kaca jendela, pecahan cermin, dan kursi-kursi plastik yang rusak. Memasuki Senin, puing-puing tersebut kemudian diangkut oleh polisi dan garis kuning polisi juga dilepas.
Solihin menyebut, sembilan orang yang teridentifikasi sebagai terduga pelaku pembubaran kegiatan dan perusakan rumah doa itu masih berstatus terperiksa. Ia pun memastikan polisi akan menindaklanjuti kasus ini.
Minggu sore, massa mendatangi dan membubarkan kegiatan jemaat Kristen GKSI Anugerah Padang di sebuah rumah doa di RT 02 RW 09, Kelurahan Padang Sarai, Kecamatan Koto Tangah. Massa yang marah kemudian merusak rumah doa, seperti membongkar pagar, memecahkan kaca, dan menghancurkan kursi plastik.
Rekaman video peristiwa itu beredar dan viral di media sosial. Salah satu video menunjukkan para pria, sebagian membawa kayu, berteriak-teriak memaksa jemaat keluar dari rumah doa. Sembari itu, mereka memecahkan kaca jendela dengan kayu, membongkar pagar, dan menghancurkan kursi plastik, serta berbagai fasilitas lainnya.
![]() |
DOKUMENTASI WARGA |
Salah satu terduga pelaku mengancam jemaat dalam insiden pembubaran kegiatan dan pengrusakan rumah doa umat Kristen dari GKSI Anugerah Padang di Kelurahan Padang Sarai, Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang, Sumatera Barat, Minggu (28/7/2025) sore.
Jemaat yang panik bergegas keluar dari rumah doa. Anak-anak pun menangis ketakutan. Setelah rumah doa kosong, warga semakin beringas melakukan perusakan. “Hancurin, hancurin, hancurin semua,” kata seorang pria berteriak-teriak di video.
Pascapembubaran dan perusakan itu, massa perlahan meninggalkan rumah doa. Sementara itu, Pendeta Fatiaro Dachi yang membina anak-anak Kristen di rumah doa tersebut terlihat menenangkan jemaatnya agar tidak melakukan perlawanan dan pembalasan kepada para pelaku.
Brigjen Solihin belum dapat menjelaskan kronologis peristiwa tersebut. Walakin, ia mengonfirmasi kebenaran video-video pembubaran kegiatan dan pengrusakan rumah doa di Kelurahan Padang Sarai itu. Video tersebut juga menjadi bukti awal bagi polisi untuk mengidentifikasi dan menangkap terduga pelaku. “Ya, benar,” katanya.
Solihin bersama jajarannya kemudian memantau situasi di tempat kejadian perkara, Minggu malam.
Wakil Kepala Polda Sumatera Barat Brigadir Jenderal Solihin memantau situasi lokasi pascainsiden pembubaran kegiatan dan pengrusakan rumah doa umat Kristen dari GKSI Anugerah Padang oleh massa di Kelurahan Padang Sarai, Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang, Sumatera Barat, Minggu (28/7/2025) malam. Polisi menangkap sembilan orang dalam insiden ini.
![]() |
KOMPAS/YOLA SASTRA |
Wakil Kepala Polda Sumatera Barat Brigadir Jenderal Solihin memantau situasi lokasi pascainsiden pembubaran kegiatan dan pengrusakan rumah doa umat Kristen dari GKSI Anugerah Padang oleh massa di Kelurahan Padang Sarai, Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang, Sumatera Barat, Minggu (28/7/2025) malam. Polisi menangkap sembilan orang dalam insiden ini.
Mula Insiden
Pendeta Fatiaro Dachi, Minggu malam, menjelaskan, rumah doa itu baru ia bangun sebagai tempat pembinaan dan pendidikan anak-anak sekolah untuk mendapatkan nilai pelajaran agama Kristen. Sebelumnya, selama enam tahun, pembinaan anak-anak ia lakukan dengan datang dari rumah ke rumah karena jauh, sekitar 19 kilometer, ke GKSI Anugerah Padang di Kecamatan Padang Selatan.
Pendirian rumah doa itu, kata Dachi, sudah ia laporkan kepada ketua RT dan mendapat respons baik. Kemudian, keberadaan rumah doa untuk pembinaan dan pendidikan agama Kristen bagi anak sekolah itu juga sudah disampaikan ke Kementerian Agama.
Akan tetapi, kata Dachi, pada Sabtu (26/7/2025) malam, ia mendapatkan pesan WhatsApp dari warga yang menyebut rumah itu sebagai gereja. Katanya, warga mendapat informasi itu dari petugas yang memasukkan jaringan listrik ke rumah doa. Warga pun mengancam akan membakar dan menghancurkan rumah doa.
“Ada niat melaporkan itu ke kapolsek dan camat, tetapi bagaimana kami mau lapor, nanti kami dibilang berbohong kalau tidak terjadi (ancaman) itu. Artinya, antara iya dan tidak (ragu-ragu), saya mau pergi ke kapolsek, camat, dan lurah,” kata Dachi kepada Wali Kota Padang Fadly Amran saat mediasi di Kantor Camat Koto Tangah.
![]() |
KOMPAS/YOLA SASTRA |
Pendeta Fatiaro Dachi (56) menjelaskan kronologi insiden pembubaran kegiatan dan perusakan rumah doa umat Kristen dari GKSI Anugerah Padang oleh massa di Kelurahan Padang Sarai, Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang, Sumatera Barat, dalam mediasi di kantor camat, Minggu (28/7/2025) malam.
Minggu sore, saat Dachi dan anak-anak didampingi orangtuanya berkegiatan di rumah doa, Dachi diajak ketua RT dan ketua RW ke sebuah warung terdekat. Kemudian, terjadi keributan antarwarga yang ia tidak tahu siapa. Ia memohon agar keributan itu tidak berlanjut.
“Ketika Pak RW menyatakan, ‘Bubarkan itu, jangan diijinkan,’ ramai orang memerangi itu (merusak rumah doa),” ujar Dachi.
Dalam peristiwa itu, kata Dachi, ada dua anak perempuan jadi korban kekerasan dan mendapat perawatan medis. Anak-anak itu diduga mendapat pukulan dengan kayu dan tendakan dari pelaku. Ia dan para jemaat, termasuk anak-anak, trauma atas insiden serang warga itu.
“Itu suatu trauma, melarang seperti itu. Saya sulit mengungkapkannya. Anak-anak itu pun, begitu trauma mereka, lari ke badan dan pikiran saya, sampai tidak makan sejak siang tadi,” ujar Dachi.
![]() |
KOMPAS/YOLA SASTRA |
Polisi memantau situasi selagi tukang membongkar jendela rusak pascainsiden pembubaran kegiatan dan pengrusakan rumah doa umat Kristen dari GKSI Anugerah Padang oleh massa di Kelurahan Padang Sarai, Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang, Sumatera Barat, Minggu (28/7/2025) malam.
Versi Ketua RW
Keterangan Ketua RW 09 Kelurahan Padang Sarai Burhanuddin perihal insiden pembubaran kegiatan dan pengrusakan rumah doa umat Kristen itu berbeda. Ia mengaku mengajak Pendeta Dachi ke warung agar kegiatan belajar anak-anak tidak terganggu.
“Tahu-tahu orang warung itu mau menentang kita. Minta bubarkan orang itu, bawa sana. Bukan orang di sana (di rumah doa) dibubarkan. Tidak saya suruh membubarkan itu,” kata Burhanuddin dalam mediasi, Minggu malam.
Menurut Burhanuddin, sebelum hari kejadian, ia tidak kenal dengan Pendeta Dachi. Pendirian rumah doa itu juga tidak dilaporkan kepadanya selaku ketua RW. Sore itu, Burhanuddin mengaku, ia hendak meminta keterangan Dachi atas informasi pembangunan gereja yang merebak di masyarakat.
Burhanuddin menambahkan, keresahan di masyarakat terjadi ketika ada info dari petugas yang hendak memasukkan listrik menyebut tempat itu sebagai gereja. Burhanuddin pun mengaku tidak dapat informasi bahwa itu merupakan rumah doa.
“Untuk sekarang, masalah agama (pendirian rumah doa), perlu kita penuhi prosedur. Setidaknya (lapor) ke RT, RW, lurah, dan KUA,” katanya. Burhanuddin pun mengajak insiden itu dapat diselesaikan secara damai.
![]() |
KOMPAS/YOLA SASTRA |
Ketua RW 09 Kelurahan Padang Sarai Burhanuddin menjelaskan kronologi insiden pembubaran kegiatan dan pengrusakan rumah doa umat Kristen dari GKSI Anugerah Padang oleh massa di Kelurahan Padang Sarai, Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang, Sumatera Barat, dalam mediasi di kantor camat, Minggu (28/7/2025) malam.
Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUP) Kota Padang Salmadanis juga menyerukan agar insiden ini diselesaikan secara damai dan tidak berlanjut ke ranah hukum. “Kita harus membuat pernyataan damai malam ini. Hal-hal yang terkait dengan apa yang terjadi, itu pun tidak kita bawa sebagai BB (barang bukti) ke ranah hukum,” katanya.
Dalam mediasi itu, kuasa hukum GKSI Anugerah Padang Yutiasa Fakho menegaskan, akan melaporkan insiden pembubaran kegiatan dan perusakan rumah doa itu ke kepolisian. Proses hukum ditempuh demi mendapatkan keadilan dan kepastian hukum bagi para korban.
“Proses hukum tetap kami lanjutkan, tetap kami kawal. Untuk soal perdamaian, sebagai umat beragama tentu kami memaafkan. Tapi perbuatan para oknum itu tidak dapat kami maafkan. Proses hukum, tetap kami lanjutkan,” katanya.(S24-Red)
0 Komentar