Samosir, S24-Sintong Hamonangan Panjaitan, atau lebih dikenal dengan Sintong Panjaitan, adalah salah satu tokoh militer penting Indonesia yang perjalanan hidup dan kariernya sarat dengan peristiwa bersejarah.
Lahir di Tarutung, Sumatera Utara pada 4 September 1940, ia tumbuh sebagai anak ketujuh dari sebelas bersaudara dalam keluarga Panjaitan–Siahaan. Semangat militernya telah tumbuh sejak kecil, terutama saat masa perang ketika rumahnya kerap diterpa bom P-51 Mustang Belanda.
Lulusan Akademi Militer Nasional (1963) ini ditempatkan di Resimen Pasukan Komando Angkatan Darat (RPKAD) kini Kopassus pasukan elit kebanggaan TNI AD. Dari sana, jejak kariernya penuh dengan operasi-operasi penting yang membentuk reputasinya sebagai prajurit tempur.
Jejak Operasi dan Aksi Heroik
Operasi DI/TII (1964–1965): Terlibat dalam penumpasan gerakan Kahar Muzakkar di Sulawesi Selatan.
G30S 1965: Sintong memimpin satu peleton pasukan merebut RRI Pusat, mengamankan Halim Perdanakusuma, hingga menemukan sumur tua Lubang Buaya yang menjadi saksi kekejaman G30S.
Operasi Dwikora & Seroja: Diterjunkan ke perbatasan Kalimantan dalam rangka konfrontasi Malaysia, serta ke Timor Timur dalam Operasi Seroja.
Pembebasan Sandera Woyla (1981): Saat berpangkat Letkol, ia memimpin Grup-1 Para Komando dalam operasi spektakuler membebaskan pesawat Garuda DC-9 yang dibajak. Meski dua nyawa melayang, operasi ini dipandang sebagai sukses besar. Sintong pun dianugerahi Bintang Sakti dan naik pangkat.
Puncak dan Ujian Karier
Sintong menjabat sebagai Danjen Kopassus (1985–1987) dan kemudian sebagai Pangdam IX/Udayana (1988–1992). Namun, masa jabatannya diwarnai tragedi besar: Insiden Dili 1991 di pemakaman Santa Cruz, Timor Timur.
Peristiwa berdarah ini memicu kecaman internasional dan menjadi titik balik kariernya. Ia dicopot dari jabatan Pangdam dan tak lama kemudian masuk masa pensiun sebagai Letnan Jenderal TNI.
Peristiwa tersebut bahkan berbuntut panjang ke ranah hukum internasional. Sintong dituntut oleh keluarga korban, termasuk Kamal Bamadhaj, dan pada 1994 pengadilan asing memvonisnya membayar ganti rugi hingga 14 juta USD.
Kehidupan Pribadi dan Latar Belakang
Sintong menikah dengan Lentina Napitupulu dan dikaruniai dua anak. Ia berasal dari keluarga sederhana namun penuh dedikasi — ayahnya seorang mantri kesehatan, sedangkan ibunya putri dari keluarga bangsawan Batak.
Tekad, disiplin, dan kecintaan pada tanah air membuatnya menorehkan jejak panjang dalam sejarah militer Indonesia, meski kariernya berakhir dengan noda kontroversi.
Warisan Sejarah
Nama Sintong Panjaitan akan selalu diingat sebagai sosok perwira tempur dengan pengalaman operasi paling beragam: dari penumpasan pemberontakan, pembebasan sandera, hingga menjaga integrasi NKRI. Namun, warisannya juga tak lepas dari bayang-bayang tragedi Timor Timur yang menjadi luka sejarah bangsa.(S24-Alexa Sr)
0Komentar