. Tiga Hari Jelang Lebaran, 18, 9 Juta Penduduk Indonesia Masih Paksakan Diri Mudik Lebaran

Tiga Hari Jelang Lebaran, 18, 9 Juta Penduduk Indonesia Masih Paksakan Diri Mudik Lebaran

Kepala Satuan Tugas (Satgas) Percepatan Penanganan Covid-19 Nasional,  Letjen TNI Dr (HC) Doni Monardo. (Foto : Matra/BNPB)

(Matra, Jambi) – Sekitar 18,9 juta jiwa penduduk Indonesia  masih memaksakan diri mudik Lebaran (IdulFitri) 1442 Hijriyah (H) hingga memasuki H – 3 Lebaran, Senin (10/5/2021) sampai H – 1 Lebaran, Rabu (12/5/2021).  Niat penduduk yang memaksakan diri mudik tersebut harus bisa dihentikan mencegah meningkatnya kasus Covid-19 di daerah-daerah tujuan pemudik.

“Penduduk Indonesia yang memaksakan diri mudik Lebaran dengan berbagai cara hingga Senin (10/5/2021) mencapai 18,9 juta orang atau sekitar 7 % dari total penduduk  Indonesia. Kami mengharapkan niat mudik ini harus bisa dihentikan melalui pemberitaan-pemberitaan media yang bersifat menggugah. Masih ada waktu tiga hari bagi kita, mulai Senin – Rabu (10 – 12/5/2021) menghentikan niat mudik tersebut,” kata Kepala Satuan Tugas (Satgas) Percepatan Penanganan Covid-19 Nasional,  Letjen TNI Dr (HC) Doni Monardo  pada Briefing (Pengarahan) Peserta Fellowship (Kebersamaan) Jurnalistik Perubahan Perilaku (FJPP) Angkatan 3/2021 secara virtual yang dilaksanakan FJPP di Jakarta, Senin (10/5/2021).

Briefing FJPP yang dipandu Anggota Dewan Pers, Imam Wahyudi tersebut turut dihadiri Ketua Dewan Pers, Muhammad Nuh, Heru Hendratmoko dan Staf Ahli Satgas Percepatan Penanganan Covid-19 Nasional, Dr Dewi Aisyah. Jurnalis anggota FJPP dari berbagai daerah di Indonesia yang mengikuti briefing tersebut sekitar 1.000 orang dan 300 oang melalui channel Youtube.

Menurut Doni Monardo, pemberitaan media massa harus mampu membangkitkan emosi warga masyarakat  untuk mengurangi mobilitas atau pergerakan dari satu daerah ke daerah lain, khususnya mudik Lebaran.  Pemberitaan media massa mengenai kebijakan-kebijakan pemerintah dalam penanganan Covid-19 harus bisa menyadarkan masyarakat tentang bahaya mudik Lebaran.

“Kalau warga masyarakat dari kota dan masih berusia muda mudik ke kampung halaman, hal tersebut dikhawatirkan akan menimbulkan ancaman penularan Covid-19 terhadap orang tua di kampung halaman. Jangan nanti setelah pemudik pulang ke kota, mereka menularkan Covid-19 kepada orang tua mereka. Kalau ini hal ini terjadi tentunya cukup memprihatinkan,”katanya. 

Sumatera Meningkat

Doni Monardo yang juga menjabat Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengatakan, selama memasuki Ramadan, kasus positif Covid-19 di Sumatera cenderung meningkat.  Kondisi tersebut membuat keterisian tempat atau ruang perawatan rumah sakit rujukan Covid-19 juga meningkat.  Keterisian ruang perawatan rumah sakit rujukan Covid-19 di Sumatera April lalu mencapai rata-rata 60 %. Padahal Januari lalu, keterisian ruang perawatan rumah sakit rujukan Covid-19 di Sumatera hanya rata-rata 30 %. 

"Jadi ada peningkatan keterisian ruang perawatan Covid-19 di Sumatera hingga 100 %. Hal ini harus diwaspadai, khsusunya  selama libur Lebaran, demi upaya pengurangan kasus Covid-19 di Sumatera,”paparnya.

Di Pulau Jawa sendiri, lanjut Doni Monardo, keterisian ruang perawatan rumah sakit rujukan Covid-19 turun dari rata-rata 80 % Desember 2020 – Januari 2021 menjadi 40  % - 60 % pada April – Mei ini. Jadi kasus Covid-19 di Jawa mulai melandai. Namun demikian peningkatan kasus Covid-19 harus terus diwaspadai selama musim mudik Lebaran ini.

Dikatakan, seluruh elemen masyarakat tidak bisa lengah kendati ada kecenderungan penurunan kasus Covid-19 di Jawa dan vaksinasi masih terus berlangsung.  Karena itu penerapan protokol kesehatan harus terus ditingkatkan di seluruh kalangan masyarakat.

“Vaksinasi tidak sepenuhnya mampu mencegah penularan Covid-19. Karena itu penerapan protokol kesehatan harus terus ditingkatkan.  Kemudian informasi tentang Covid-19 harus terus diintensifkan. Pemberitaan media juga harus bisa meningkatkan upaya penurunan Covid-19,”ujarnya.

Staf Ahli Satgas Percepatan Penanganan Covid-19 Nasional, Dr Dewi Aisyah pada kesempatan tersebut menjelaskan, kasus Covid-19 di Indonesia masih menunjukkan tren peningkatan.  Jumlah daerah kabupaten/kota di Indonesia yang saat ini sudah terpapar Covid-19 mencapai 308 kabupaten/kota atau sekitar 60 % dari sekitar 514 kabupaten/kota di 34 provinssi di Indonesia April 2021.   Sedangkan pada awal Covid-19 terdeteksi di Indonesia, Maret 2020, jumlah kabupaten/kota yang terpapar Covid-19 di Indonesia hanya sekitar 36 kabupaten/kota atau 7 %.

“Karena itu kewaspadaan mengenai penularan Covid-19 ini harus terus ditingkatkan. Kita tidak boleh lengah. Covid-19 ini cepat menular dan kita harus tetap waspada,”katanya.

Ketua Dewan Pers, Muhammad Nuh. (Foto : Matra/DewanPers)

Sementara itu, Ketua Dewan Pers, Muhammad Nuh pada kesempatan tersebut mengatakan, untuk meningkatkan kesadaran masyarakat melakukan upaya-upaya pencegahan dan penanggulangan Covid-19, para jurnalias atau media massa tidak cukup hanya menyiarkan straight news (berita singkat) mengenai Covid-19.

“Para jurnalis yang tergabung kembali pada program FJPP angkatan 3/2021 hendaknya bisa menyajikan berita jenis laporan mendalam atau feature (berita kisah) yang bisa menggugah kesadaran warga masyarakat mengenai pencegahan dan penanggulangan Covid-19,”paparnya.

Dijelaskan, para jurnalis di Indonesia, baik yang tergabung dalam FJPP maupun tidak, merupakan pejuang di garda terdepan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai bahaya dan penaggulangan Covis-19.  Karena itu para jurnalis jangan hanya menghasilkan berita yang bersifat memberi informasi, tetapi juga bisa menghasilkan tulisan yang memberikan pembelajaran kepada masyarakat.

“Para jurnalis harus terus berjuang memberitakan pencegahan dan penanggulangan Covid-19 agar warga masyarakat terhindar dari bahaya Covid-19.  Intensitas penyiaran berita bahaya Covid-19 ini perlu terus dilanjutkan terutama mengantisipasi adanya varian-varian baru  Covid-19 yang sudah masuk ke Indonesia,”katanya. (Matra/AdeSM)




Berita Lainya

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama