Seorang ibu lanjut usia (lansia) yang sudah lebih dua tahun tidak bisa beribadah di gereja akibat Covid-19 tampak antusias mengikuti ibadah Jumat Agung di GKPS Jambi, Kota Jambi, Jumat (15/4/2022). (Foto : Matra/Radesman Saragih).
(Matra, Jambi) – Umat Kristen di Kota Jambi sangat antusias mengikuti ibadah peringatan wafatnya Yesus Kristus (Isa Almasih) atau Jumat Agung, Jumat (15/4/2022). Umat Kristen di Kota Jambi memadati gereja seperti suasana sebelum pandemi Covid-19 menyusul adanya kebebasan melaksanakan kegiatan keagamaan saat ini.
Untuk mencegah terjadinya kerumunan warga secara berlebihan yang bertpotensi menimbulkan penularan Covid-19, setiap gereja membagi jadwal ibadah mulai pagi hingga sore. Beberapa gereja mengadakan ibadah Jumat Agung tiga kali dan ada juga yang mengadakan Jumat Agung hingga empat kali mulai pagi hingga sore. Kemudian sebagian besar umat Kristen yang mengikuti ibadah Jumat Agung tetap mematuhi protokol kesehatan (prokes) dengan memakai masker.
Pantauan medialintassumatera.com (Matra) di beberapa gereja, Komplek Gereja Kotabaru, Kota Jambi, Jumat (15/4/2022) pagi hingga siang, seluruh gereja dipadati umat atau warga gereja masing-masing seperti tampak di Huria Kristen Batak Protestan (HKBP), Gereja Kristen Protestan Simalungun (GKPS), Huria Kristen Indonesia (HKI), Gereja Bethel Indonesia (GBI), Gereja Batak Karo Potestan (GBKP) dan Gereja Methodist Indonesia (GMI) Moria.
Padatnya umat Kristen yang mengikuti ibadah di setiap gereja membuat arus lalu lintas di komplek gereja, Jalan Kapten Sujono, Kotabaru, Kota Jambi macet. Kemudian parkir mobil warga jemaat juga sampai memenuhi separuh ruas jalan dan permukiman warga.
Perjamuan Kudus (Misa) yang dilaksanakan pada ibadah Jumat Agung di GKPS Jambi, Kotabaru, Kota Jambi, Jumat (15/4/2022). (Foto : Matra/Radesman Saragih).
Sementara itu ibadah Jumat Agung di berbagai gereja di Kota Jambi berlangsung khidmat, tertib dan aman. Seluruh umat Kristen mengikuti rangkaian ibadah peringatan wafatnya Isa Almasih di gereja masing-masing dengan tertib. Sedangkan pengamanan ibadah Jumat Agung di setiap gereja dilakukan dengan ketat. Petugas kepolisian siaga di depan setiap gereja selama ibadah berlangsung.
Ibadah Jumat Agung di berbagai gereja di Kota Jambi dirangkaikan dengan perjamuan kasih (misa) untuk mengenang perjamuan kasih yang dilakukan Yesus Kristus dengan murdi-murid-Nya sebelum Dia disalibkan di bukit Golgata. Salah satu gereja di komplek gereja Kotabaru, Kota Jambi, GKPS mengadakan perjamuan kudus pada ibadah Jumat Agung pagi pukul 08.00 IB, ibadah Jumat Agung siang pukul 10.30 WIB dan sore pukul 16.30 WIB.
Ibadah dan Perjamuan Kudus Jumat Agung pagi, siang dan sore di GKPS Jambi dipimpina Pendeta (Pdt) GKPS Resort Jambi, Pdt Rudyard Saragih, STh dan Pdt Franky Doris Malau, STh.
Bukan Duka Cita
Pdt Rudyard Saragih, STh dalam khotbahnya pada ibadah Jumat Agung di GKPS Jambi pagi mengatakan, peringatan kematian atau wafatnya Yesus Kristus bukan momentum berduka cita bagi umat Kristen. Kematian Yesus Kristus justru membawa suka cita bagi umat Kristen atau orang percaya, karena kematian Yesus Kristus di kayu salib membawa keselamatan manusia dari kekuasaan dosa dan maut.
“Kematian Yesus Kristus bukan saat untuk berduka, sehingga banyak orang Kristen memakai gaun pakaian hitam pada ibadah Jumat Agung ini. Kematian Yesus justri membawa kabar gembira, suka cita bahwa manusia sudah ditebus dari dosa hingga manusia atau orang percaya akan mendapatkan keelamatan kehidupan kekal,”katanya.
Menurut Pdt Rudyard Saragih, STh, tradisi memakai gaun hitam sebagai lambang duka cita yang mentradisi di kalangan umat Kristen data mengikuti ibadah peringatan wafatnya Yesus Kristus merupakan simbol duka bagi manusia untuk menyesali kehidupannya yang belum sesuai dengan teladan Yesus.
Petugas keamanan Polresta Jambi didampingi Sekretaris Jemaat GKPS Jambi, St JH Karo-karo, SP (kiri) mengamankan ibadah Jumat Agung di GKPS Jambi, Jumat (15/4/2022). (Foto : Matra/Radesman Saragih).
“Kita juga berduka pada ibadah wafatnya Yesus Kristus saat ini karena belum semaksimal mungkin mengabarkan berita baik, kabar suka cita mengenai pengorbanan Yesus Kristus menembus manusia dari dosa kepada sesama. Kemudian kita juga belum sepenuhnya meneladani Yesus Kristus yang rela berkorban untuk keselamatan manusia,”katanya.
Dijelaskan, umat Kristen atau para pelayan di tengah gereja harus memiliki sikap rela berkorban seperti yang dimiliki Yesus Kristus. Hal itu penting agar umat Kristen bisa menolong orang lain dari berbagai permasalahan kehidupannya. Orang Kristen tidak boleh hidup mementingkan diri sendiri tanpa peduli kepada orang lain.
“Kalau orang Kristen belum bisa meneladani Yesus Kristus menolong orang lain dengan penuh pengorbanan, patutlah mereka menangisi diri sendiri. Jadi, umat Kristen dan pelayan Tuhan saat ini harus memiliki jiwa pengorbanan dan siap menanggung derita demi memberikan pertolongan kepada orang lain,”katanya. (Matra/AdeSM).
Posting Komentar