KPK mencatat, OTT terhadap Gubernur Provinsi Abdul Wahid merupakan yang keenam sepanjang tahun ini. Sebelumnya, lembaga antirasuah itu telah menggelar sejumlah operasi serupa di berbagai daerah, mulai dari dugaan suap proyek jalan di Provinsi Sumatera Utara hingga kasus pemerasan di Kementerian Ketenagakerjaan yang menyeret nama pejabat tinggi.
Nama Abdul Wahid sempat menjadi kebanggaan masyarakat Riau. Abdul Wahid dikenal sebagai figur sederhana dan pekerja keras yang menapaki jalan panjang dari kehidupan serba kekurangan hingga akhirnya menjadi orang nomor satu di Provinsi Riau
Lahir di Dusun Anak Peria Desa Belaras Kecamatan Mandah Kabupaten Indragiri Hilir Provinsi Riau, pada 21 November 1980, Abdul Wahid tumbuh dalam keluarga petani sederhana. Sejak kecil, ia sudah terbiasa membantu orang tua di sawah dan kebun demi menyambung hidup.
Tak lama setelah kelahiran Abdul Wahid di Desa Belaras Kecamatan Mandah, diboyong kedua orangtuanya ke Desa Simber Kecamatan Katemen Kabupaten Indragiri Hilir dan disinilah Abdul Wahid tumbuh hingga dewasa.
Saat kuliah di Universitas Islam Negeri (UIN) Suska Riau Fakultas Tarbiyah jurusan Pendidikan Agama Islam, Abdul Wahid bekerja sebagai cleaning service dan kuli bangunan demi membiayai hidup dan pendidikannya.
Ketekunan dan kerja keras itu kemudian membentuk sosok Abdul Wahid yang dikenal rendah hati dan dekat dengan rakyat kecil. Setelah aktif di organisasi kemahasiswaan dan sosial, Abdul Wahid memulai karier politik lewat Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).
Perjalanannya terbilang cepat. Wahid berhasil duduk di DPRD Provinsi Riau hingga melenggang ke DPR RI pada 2019, kemudian kembali terpilih pada Pemilu 2024 dengan perolehan suara terbanyak di daerah pemilihannya. Citra "anak daerah yang berjuang dari bawah" membuatnya mendapat dukungan luas saat maju sebagai calon Gubernur Provinsi Riau.
Harapan masyarakat pun menggelora ketika Presiden RI Prabowo Subianto melantiknya sebagai Gubernur Provinsi Riau periode 2025-2030 di Istana Negara. Sosok yang dahulu menjadi simbol kerja keras kini dianggap membawa semangat perubahan bagi Bumi Lancang Kuning.
Namun, kebahagiaan yang dia raih lewat Pilgub dan belum genap setahun menjabat, nama Abdul Wahid justru mencuat dalam kasus dugaan korupsi. Penangkapannya oleh KPK menjadi tamparan keras bagi publik yang sempat menaruh harapan tinggi padanya.
Bagi sebagian warga Riau, kabar ini terasa seperti ironi. Sosok yang dulu dipuji karena kesederhanaannya kini harus berhadapan dengan hukum atas dugaan penyalahgunaan wewenang dan korupsi.
"Selamat buat Pak Gubernur Abdul Wahid, semoga amanah memimpin negeri ini," tulis seorang warga di media sosial beberapa waktu setelah pelantikannya. "Memang jodoh, pertemuan, rezeki dan jabatan hanya Allah SWT yang menentukan."
Kini, kalimat itu terasa getir. Sebab takdir memang bisa berputar cepat. Dari cleaning service hingga menduduki kursi orang nomor satu di Bumi Lancang Kuning, dari simbol inspirasi rakyat kecil menjadi headline penangkapan oleh KPK.
Kisah Abdul Wahid mengingatkan kembali bahwa kekuasaan selalu membawa ujian. Dari seorang pekerja kebersihan yang menapaki tangga keberhasilan hingga menduduki kursi Gubernur, kini ia harus menghadapi kenyataan pahit bahwa amanah jabatan tak bisa dipisahkan dari integritas moral.
Bagi masyarakat Provinsi Riau, peristiwa ini menjadi cermin betapa perjuangan melawan korupsi belum berakhir, bahkan di tangan mereka yang pernah menjadi simbol perjuangan dan harapan rakyat kecil, musnah sudah. (S24/Red).



0Komentar