Medan, S24 - Ribuan massa dari berbagai elemen masyarakat membanjiri pusat Kota Medan, Senin (10/11/2025), menuntut satu hal yang sama: penutupan PT Toba Pulp Lestari (TPL). Mereka menilai keberadaan perusahaan tersebut telah terlalu lama merusak tanah adat dan ekosistem di kawasan Danau Toba.

Sejak pukul 10.30 WIB, lautan manusia bergerak dari Lapangan Merdeka menuju Kantor Gubernur Sumatera Utara. Sepanjang perjalanan, mereka meneriakkan yel-yel perlawanan, menyanyikan lagu perjuangan, dan mengibarkan spanduk bertuliskan “Tutup TPL! Hentikan Perampasan Tanah Rakyat!”

Atmosfer di depan Kantor Gubernur Sumut berubah menjadi simbol perlawanan rakyat terhadap apa yang mereka sebut sebagai “korporasi perusak bumi Toba”. Suara lantang para orator menggema, menuntut pemerintah provinsi dan pusat tidak lagi menutup mata terhadap penderitaan masyarakat adat yang selama puluhan tahun menjadi korban.

“Kami tidak butuh janji, kami butuh tindakan nyata. TPL harus ditutup sekarang juga!” teriak salah satu orator dari atas mobil komando, disambut sorakan ribuan massa dari Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Tano Batak.

Peserta aksi terdiri dari mahasiswa, pendeta, aktivis lingkungan, dan warga adat dari berbagai wilayah sekitar Danau Toba. Mereka menegaskan, aktivitas industri pulp milik TPL telah menimbulkan deforestasi, pencemaran air, hingga konflik agraria yang tak kunjung selesai.

Kehadiran aparat kepolisian yang berjaga ketat tidak menyurutkan semangat massa. Jalan Pangeran Diponegoro ditutup total, sementara lalu lintas dialihkan ke jalur alternatif.

Aksi ini bukan sekadar unjuk rasa, tapi bentuk desakan moral dan ekologis agar pemerintah segera berpihak pada rakyat, bukan pada korporasi.

“Jika negara ini masih berpihak pada keadilan, maka TPL tidak seharusnya lagi berdiri di atas tanah penderitaan rakyat Toba,” ujar Togu Simorangkir seorang aktivis lingkungan Tim 11. 

Hingga siang hari, ribuan massa masih bertahan, menunggu respons tegas dari Pemerintah Provinsi Sumut dan pemerintah pusat. Mereka berjanji akan terus melanjutkan aksi hingga tuntutan “Tutup TPL, Pulihkan Tanah Adat” benar-benar terwujud.(S24-Red)