Oleh: Anita Martha Hutagalung (Oni)
Maaf. Pagi-pagi Oni sudah merepet sangking kesalnya 🤬. Bukan maksudku mengatakan bapak yang panggul beras itu lebih berharga dari tai anjing. Di kota Rockingham ini hewan peliharaan benar-benar di”manusiakan”.
Meskipun sebenarnya hewan itu seharusnya dihewankan.. iya kaan. Tapi kek gitulah yang kutengok, terkadang iri kali awak nengok anjing disini.
Begitu disayang dirawat diperhatikan bahkan dilindungi Undang-undang. Pemilik anjing bisa masuk penjara kalau terbukti menelantarkan anjing.
Taik anjing aja disini musti di perhatikan karena “berharga”. Setumpuk tai anjing yang kau biarkan teronggok di taman dihargai 2 juta rupiah. Itu baru urusan tai anjing.
Belum urusan kesehatannya mentalnya anjing wajib diajak bermain di taman. Urusan makanannya dll.
Sementara di negara awak sendiri…??!!!! Siapa yang perduli dengan kesehatan mental rakyatnya??
Untuk makan saja harus menjerit minta tolong 😭😭. Ini sudah hari ke 9 (sembilan) tapi masih ada saja korban bencana yang belum mendapatkan bantuan karena terisolir. Jauh dari jangkauan relawan.
Dimana tanggung jawab pemerintah terhadap rakyatnya? Padahal JELAS ada Undang-undangnya: Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana. UU ini menegaskan tanggung jawab pemerintah pusat dan daerah untuk memberikan perlindungan, bantuan, dan menjamin pemenuhan hak korban bencana.
Jadi kawan-kawan semua para nitizen yang maha tau. Sepatutnya yang kalian push, yang kalian tekan , yang kalian tuntut , yang kalian donder itu pemerintah untuk melaksanakan kewajibannya.
Bukan relawan yang terus kalian nyinyirin dari pagi hingga pagi setiap hari. Relawan itu sudah meninggalkan kenyamanannya untuk jadi tak nyaman alias ikut merasakan penderitaan korban di lokasi bencana.
Masak relawan kau bikin jadi lawan berantam. Kan anjeng kali kek gitu. Yang patut kalian nyinyirin itu pemerintah dari tingkat daerah , propinsi terlebih pusat.
Yang patut kalian teriaki itu caleg-caleg yang sudah jadi leg alias sudah duduk di kursi dewan. Yang patut kalian hajar itu macam bapak yang bawa goni itu. Yang datang ke daerah bencana cuma mau pencitraan aja.
Kan anjeng. Yang anehnya justru kawan awak yang kalah nyaleg malah lebih perduli dan langsung turun tangan ke daerah bencana. Asuuudahlah.(Penulis Aktivis Lingkungan Saat Ini di Rockingham, Australia Barat, Australia).


0Komentar