![]() |
Pedagang di Parluasan Kota Pamatangsiantar. (Foto-Foto By: FB Siantar CCTV) |
Pamatangsiantar, S24-Pagi baru saja merekah di langit Pematangsiantar. Di kawasan Parluasan, aroma kopi hitam dan roti ganda khas Siantar berpadu dengan hiruk-pikuk suara pedagang yang tengah menata dagangan. Deru kendaraan, tawar-menawar harga, hingga tawa pelanggan menjadi simfoni yang menandai satu hal sederhana kehidupan ekonomi kota ini berdenyut di Parluasan.
Bagi warga Siantar, Parluasan bukan sekadar tempat jual beli. Ia adalah denyut nadi kota, ruang di mana ribuan cerita lahir setiap hari tentang kerja keras, harapan, dan perjuangan mencari rezeki.
Kawasan Parluasan telah lama menjadi pusat perdagangan legendaris di Pematangsiantar. Sejak puluhan tahun lalu, tempat ini menjadi tujuan utama warga untuk membeli segala kebutuhan hidup, dari sembako, pakaian, hingga alat rumah tangga.
Tak hanya warga kota, pembeli dari daerah sekitar seperti Simalungun, Serbelawan, dan Parapat pun rela menempuh jarak demi berbelanja di sini.
“Kalau mau cari barang apa saja, datang saja ke Parluasan. Semua ada,” tutur Ranto Sinurat, seorang pedagang sembako yang sudah berjualan di sana lebih dari dua dekade. Wajahnya menua bersama perkembangan kawasan yang ia cintai.
Kini, Parluasan mulai menampakkan wajah barunya. Deretan ruko modern berdiri di antara toko-toko lama, menandai transformasi kota menuju arah yang lebih tertata.
Pemerintah setempat juga terus melakukan penataan dan revitalisasi, mulai dari pelebaran jalan, perbaikan drainase, hingga pembangunan area parkir yang lebih luas. Namun satu hal tak berubah: jiwa perdagangan rakyatnya tetap hidup.
Ruang Ekonomi dan Interaksi Sosial
Parluasan bukan hanya pusat ekonomi, tetapi juga ruang sosial bagi masyarakat. Di sela-sela kesibukan, para pedagang masih sempat bercengkerama, saling membantu, dan berbagi kabar tentang keluarga.
Para pembeli pun bukan sekadar pelanggan, mereka adalah bagian dari komunitas kecil yang saling mengenal dan menjaga keakraban.
“Sudah seperti keluarga di sini. Kami sama-sama kerja keras, tapi juga saling peduli,” ujar Maria br. Purba, pedagang sayur yang datang setiap pagi dari luar kota.
Di sore hari, suasana Parluasan berganti warna. Lampu toko mulai menyala, pedagang kaki lima menyiapkan dagangan malam, dan aroma sate serta mie gomak menyebar di udara. Kawasan ini hidup dari pagi hingga malam tanpa pernah benar-benar tidur.
Potret Semangat Siantar
Di balik hiruk-pikuk Parluasan, tersimpan cerita ketekunan dan semangat pantang menyerah. Banyak keluarga yang menggantungkan hidup dari usaha kecil di kawasan ini. Mereka adalah wajah-wajah gigih yang menjaga roda ekonomi Siantar tetap berputar.
“Parluasan itu cermin orang Siantar, ulet, ramah, dan pekerja keras,” kata Rosenman Saragih, jurnalis dan pemerhati sosial ekonomi asal Hutaimbaru, Kabupaten Simalungun.
Tak berlebihan jika Parluasan disebut sebagai simbol kemandirian ekonomi rakyat. Di tengah tantangan zaman dan modernisasi, kawasan ini tetap berdiri kokoh sebagai tempat di mana tradisi berdagang bertemu dengan inovasi.
Banyak warga berharap agar kawasan ini terus ditata dan dikembangkan. Dengan potensi besar yang dimiliki, Parluasan bisa menjadi ikon ekonomi baru Kota Pematangsiantar, tempat yang bukan hanya ramai karena perdagangan, tetapi juga karena kisah dan nilai-nilai kehidupan di dalamnya.
“Selama Parluasan tetap ramai, berarti semangat warga Siantar masih menyala,” ujar seorang pedagang tua sambil tersenyum di balik lapaknya.
Dan benar, selama suara pedagang masih menggema di lorong-lorong Parluasan, selama tawar-menawar masih menjadi bahasa sehari-hari, maka denyut kehidupan ekonomi Pematangsiantar akan terus berdetak hangat, sederhana, dan penuh semangat.
Parluasan bukan hanya pasar. Ia adalah cerita tentang manusia, perjuangan, dan harapan yang tak pernah padam di jantung Kota Pematangsiantar. (S24-AsenkLeeSaragih)
![]() |
Foto-Foto By: Siantar CCTV |
0Komentar