"Kita lihat perseteruan Kamboja dengan Thailand sampai tembak-tembakan, kita masih asik tidak menggunakan akal sehat kita," ujar Luhut dalam acara Peluncuran Yayasan Padi Kapas Indonesia di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Senin (28/7/2025).
Menurut Luhut, ruang publik di Indonesia kian dipenuhi dengan polarisasi, ekstremisme dan populisme tokoh yang menurutnya justru menjauhkan akal sehat dari diskursus publik. Ia tidak merinci secara detail siapa atau isu apa yang ia maksud, namun menghimbau masyarakat lebih bijak dan kritis.
Luhut juga menyinggung potensi gejolak ekonomi global akibat kebijakan Amerika Serikat yang masih belum dapat diprediksi dampaknya. Ia menyebut Dewan Ekonomi Nasional telah membuat kajian mendalam, namun tetap diperlukan kewaspadaan bersama.
"Kita tidak tahu apa yang terjadi juga di Negara Adikuasa Amerika Serikat dalam waktu dekat, dampak tarifnya pun belum sepenuhnya terlihat," kata suami Devi boru Simatupang ini.
Ia mengajak masyarakat menyumbangkan pikiran konstruktif ketimbang memperkeruh situasi nasional dengan isu-isu yang tidak produktif. Salah satu contohnya, kata Luhut, adalah polemik soal ijazah Presiden Joko Widodo yang menurutnya tidak relevan untuk terus diperbincangkan.
"Apa sih ijazah itu? Saya pun enggak tahu ijazah saya di mana. Yang paling relevan itu apa kontribusimu untuk negara ini," ujarnya. "Kau tanya pada dirimu, apa yang sudah kau berikan pada negara ini? Apakah kau menyumbang keributan, atau pikiran-pikiran untuk membuat Indonesia lebih baik?" sambung Luhut. (S24/Red).
.png)
.jpg)
.jpg)
.jpg)
0 Komentar